
Kita semua tentu mengenal Serial Netflix Gadis Kretek yang populer itu. Serial ini diadaptasi dari novel karya Ratih Kumala yang ditulis dengan judul yang sama dan pertama kali terbit pada tahun 2012 oleh Gramedia Pustaka Utama. Saya membeli edisi kesembilannya pada tahun 2023, tak berapa lama setelah saya ikut tersihir pesona serial itu. Novel ini memiliki tebal sekitar 274 halaman dengan rangkaian cerita yang sangat memikat.
Novel Gadis Kretek ditulis dengan alur campuran yang memadukan peristiwa masa kini dan masa lalu. Cerita terpusat di Jakarta, Kudus, dan Kota M. Novel ini diawali dengan Lebas yang bercerita tentang Raja, ayahnya yang sedang sekarat dan mengigau nama Jang Yah. Lebas meyakini Jeng Yah adalah mantan pacar ayahnya. Kedua kakaknya, Tegar dan Karim kemudian memintanya ke Kudus untuk mencari Jeng Yah. Kudus adalah tempat terakhir ayah mereka berjumpa Jeng Yah.
Cerita selanjutnya memberi latar belakang Sigaret Kretek Djagad Raja yang merupakan produk perusahaan keluarga Pak Raja dan dikelola putra sulungnya, Tegar. Sementara itu, Jeng Yah diceritakan lewat Klobot Djoyoboyo yang diproduksi oleh ayahnya, Idroes Moeria. Ia memiliki seorang pesaing bernama Soedjagad yang kelak menjadi ayah Pak Raja.

Versi novel Gadis Kretek kaya cerita biografi setiap tokohnya, sejarah produksi kretek di Indonesia, dan beberapa budaya lokal. Novel ini memberi gambaran yang kuat bagaimana dinamika kehidupan mempengaruhi para tokoh-tokohnya dan bagaimana industri rokok bertumbuh seturut perubahan jaman. Kita bisa menikmati cerita-cerita perjuangan dan persaingan manusia untuk bertahan hidup. Selain itu, budaya-budaya lokal memperkaya cerita, seperti saus yang memberi karakter pada setiap kretek.
Gadis Kretek juga menonjolkan peran perempuan dalam mendukung bisnis kretek. Hal ini tersampaikan dengan baik melalui Jeng Yah dan Roemaisa, ibunya. Kedua perempuan ini menunjukkan kualitas perempuan yang mendorong transformasi positif dari para lelaki yang mencintai mereka. Rasa cinta mereka kepada lelaki pilihan mereka kemudian membawa mereka ke titik terendah dalam hidup ketika nasib buruk mengambil lelaki itu dari sisi mereka. Namun, di masa terpuruk itu mereka seperti mengumpulkan keping-keping diri mereka dan membangun sosok perempuan baru yang jauh lebih tangguh. Para perempuan ini kemudian memanfaatkan seluruh pengalaman hidup dan kualitas terbaik mereka untuk menyokong pertumbuhan bisnis keluarganya ketika nasib baik membawa kembali orang yang mereka cintai.
Serial Netflix Gadis Kretek agak sedikit berbeda dengan versi novelnya. Masing-masing versi punya kekuatannya sendiri. Novel memberi lebih banyak detail, seperti bagaimana Roemaisa diperebutkan Idroes Moeria dan Soedjagad, inkonsistensi Idroes Moeria dalam mengembangkan produk kreteknya, dan perbedaan nasib keduanya saat peristiwa PKI terjadi.
Meski penuh konflik, novel ini tidak berat. Ratih Kumala membuat cerita Gadis Kretek begitu mengalir. Endingnya sederhana dan memberi pesan moril bahwa rekonsiliasi perlu ada dan kita perlu mengakui pelopor pada setiap produk yang dikembangkan melalui bakat dan proses tertentu. Serial Netflix maupun novel punya keunggulannya sendiri. Saya pribadi lebih menikmati kata-kata dan imajinasi yang terbangun selagi membaca. Novel lebih memberi detail pada hal-hal yang mungkin dengan berbagai alasan tidak bisa ditampilkan lewat kamera. Jika kamu penikmat serial Gadis Kretek, tak ada salahnya membaca novelnya. Mungkin kamu makin terpikat.