Review Buku: Fransiskus, Paus dari Dunia Baru – Andrea Tornielli

Gereja membutuhkan seorang gembala yang otentik dan bersemangat mewartakan Kabar Gembira, yang memberikan harapan bagi banyak hati manusia… yang membaktikan diri terutama bagi pewartaan Kabar Gembira pada pewartaan Kristus yang merupakan karya agung kasih karunia Allah.” 

Andrea Tornielli – Fransiskus Paus dari Dunia Baru (hal. 46).

Fransiskus, Paus dari Dunia Baru merupakan salah satu buku yang bisa kita baca untuk memahami pemikiran-pemikiran Paus Fransiskus. Buku ini ditulis oleh Andrea Tornielli, seorang jurnalis dan penulis religius asal Italia. Saya membaca versi Bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh RF. Bhanu Victorahadi, Pr dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama Pada Tahun 2014. Tebal buku ini sekitar 235 halaman dengan 8 halaman pengantar.

Saya pertama kali membaca buku ini tak berapa lama setelah kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024 lalu. Ada perasaan berbeda ketika membaca buku ini setelah sang Paus mangkat. Buku ini menggandakan rasa kehilangan sekaligus rasa syukur atas kehadiran sosok seorang Jorge Mario Bergoglio yang kemudian menjadi pemimpin gereja katolik dunia yang dekat di hati banyak orang.

Pada bagian Pengantar, Andrea Tornielli membuka buku ini dengan satu permohonan yang selalu disampaikan Paus Fransiskus, “saya memohon kepadamu, doakan saya”.  Selanjutnya, kita akan dibawa pada peristiwa luar biasa pada Rabu, 13 Maret 2013. Pada hari itu, pelataran Basilika Santo Petrus di Vatikan dipenuhi banyak orang. Di bawah guyuran hujan, mereka menanti hasil konklaf dengan antusias. Pukul 19.05, asap putih akhirnya membumbung dari cerobong asap Kapel Sistina dan lonceng berdentang gembira. Seorang Paus telah terpilih. Tak berapa lama kemudian Kardinal Proto-Diakon Jean Louis Tauran mengumumkan, “ANNUNTIO VOBIS GAUDIUM MAGNUM, HABEMUS PAPAM, EMINENTISSIMUM AC REVERENDISSIMUM DOMINUM GEORGIUM MARIUM, SANCTAE ROMANAE ECCLESIAE CARNINALEM BERGOGLIO, QUI SIBI NOMEN IMPOSUIT FRANSISCUM’”.

Peristiwa itu memberi kegembiraan sekaligus kejutan yang luar biasa bagi banyak orang. Gambaran visual tentang hal itu selalu saya nikmati berkali-kali  lewat liputan pemilihan Paus yang disiarkan oleh EWTN, satu jaringan televisi katolik global. Kardinal Buenos Aires ini bukan sosok yang diperbincangkan berbagai media selama konklaf berlangsung. Pengumuman namanya sungguh mengejutkan. Banyak orang berekspektasi pada terpilihnya seorang Paus muda tapi ternyata dia seorang berusia 76 tahun. Kejutan lainnya, ia Paus pertama dari ordo Jesuit, Paus Pertama dari Benua Amerika dan belahan bumi bagian selatan, paus pertama dalam delapan abad terakhir yang dibesarkan di luar Eropa, dan Paus pertama yang menggunakan nama Fransiskus. Pemilihan nama Fransiskus sempat membingunkan di awal, apakah Fransiskus ini mengacu pada Santo Fransiskus Xaverius atau Santo Fransiskus de Sales. Kita akhirnya tahu, nama Fransiskus itu mengacu pada Santo Fransiskus dari Asisi. Seorang Paus Jesuit telah memilih dan menghidupi warisan si Miskin dari Asisi yang mendirikan ordo Fransiskan, Saudara-Saudara Hina Dina (OFM). Hal ini menjadi tanda perubahan.

Perubahan itu telah tampak saat kehadirannya di balkon Basilika Santo Petrus, tak berapa lama setelah pengumuman terpilihnya Paus baru. Kehadirannya langsung disambut antusias.

Paus Fransiskus tak memakai mozzetta merah dengan pinggiran bulu cerpelai yang sudah disiapkan. Di pundaknya pun tak tergantung stola. Selanjutnya, orang akan mengetahui bahwa paus terpilih ini tak mau menggunakan busana berkerah bulu yang tampak bagaikan busana kerajaan itu… Salib di dadanya pun tak berubah, yaitu salib yang sudah sejak lama selalu ada di dada Jorge Mario Bergoglio. Salib itu berbahan logam, bukan emas. Tak satupun batu permata menghiasi salib tersebut. “

Andrea Tornielli – Fransiskus Paus dari Dunia Baru.

Sang Paus terpilih tampak bugar dengan senyuman menawan. Ia tak memakai Sapaan pertamanya, “selamat malam!” langsung mencuri hati banyak orang. Ia seperti menyapa teman-teman yang telah akrab dengannya. Ia kemudian mengajak orang-orang mendoakan Paus Emeritus Benediktus XVI dan memohon didoakan sebelum ia memberi berkat Urbi et Orbi. Permohonan ini membuat keriuhan di pelataran Basilika Santo Petrus berubah begitu hening dan sang Paus Terpilih berdoa sambil membungkuk dalam. Gestur ini sungguh mempesona. Kehadirannya memberi harapan baru bagi banyak orang.

Buku ini memberi gambaran tentang apa yang terjadi sebelum dan setelah Paus Emeritus Benediktus XVI mengumumkan pengunduran dirinya. Ada beberapa ulasan sejarah tentang beberapa Paus yang mengundurkan diri di masa pengembalaannya. Buku ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana kehidupan Jorge Mario Bergogliodan keluarganya. Kita akan menemukan kehidupan-kehidupan awal orang tuanya setelah mereka memutuskan untuk bermigrasi dari Italia ke Argentinya, bagaimana kehidupan masa kecilnya dan kehidupannya sebagai seorang imam katolik. Ia mengalami pembaharuan dalam hidup yang memungkinkan ia membawa hal yang sama dalam gereja dan masyarakat. Banyak kisah menarik yang perlu kita simak untuk bisa memahami apa saja yang mempengaruhi pandangan-pandangan dan sikap-sikah yang ia pilih sebagai seorang manusia dan seorang imam.

Hal yang paling mengesankan pada buku ini adalah pengalaman pengakuannya pada 21 September dan peristiwa dimana seorang suster menguatkannya ketika ia sangat menderita dengan penyakitnya pada usia muda. Dua pengalaman itu mendasari keputusannya untuk menjadi imam, dimana ia sungguh menghayati pengalaman perjumpaan dengan Tuhan dan dorongan untuk memaknai penderitaan manusia dengan keberimanan pada kemurahan hati Tuhan. Dua hal ini memberi alasan bagi moto pribadinya; Miserando atque eligendo (“memandangnya dengan kerahiman dan memilihnya”).

Saya seorang pendosa dan bahwa belas kasih Tuhan telah dicurahkan kepada saya dengan cara yang sangat istimewa.”

Andrea Tornielli – Fransiskus Paus dari Dunia Baru (hal. 228)

Melalui buku ini, kita akan kembali melihat bahwa pilihan-pilihan hidup Paus Fransiskus sebenarnya telah dibentuk oleh pengalaman-pengalaman hidup, terutama pengalaman-pengalam iman yang memungkinkan transformasi dirinya untuk lebih meneladan Tuhan yang selalu murah hati pada manusia. Pilihan-pilihan yang diambil Paus Fransiskus selalu konsisten dari waktu ke waktu. Membaca kehidupan sang Paus membuat saya percaya bahwa Tuhan telah mempersiapkan gembalanya sejak lama. Ujian-ujian hidupnya memungkinkan ia dibentuk untuk bisa memberikan teladan dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan umat Allah di jaman ini. Lebih dari itu, ia menampilkan wajah Tuhan yang terbuka bagi semua orang.

Menjadi seperti Paus Fransiskus sungguh membutuhkan kelapangan hati yang luas. Tidak mudah menjadi orang sederhana yang dekat dengan banyak orang. Tidak mudah menjadi orang yang berani bersuara dengan kata-kata yang merangkul banyak orang dan meneduhkan. Tidak mudah menjadi konsisten dengan apa yang kita lakukan dan tuturkan. Ia bukan orang yang sempurna tapi penyerahan dirinya pada Tuhan telah membantu mewujudkan hal-hal mengagumkan yang menyentuh hati kita.

Lewat cerita hidup sang Paus dalam buku ini kita juga belajar bahwa ada peristiwa-peristiwa tak mengenakan yang menjadi bagian dari intervensi Tuhan untuk membentuk kita agar bisa bertumbuh untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup di masa depan. Kita perlu terbuka, sebab Tuhan tak pernah letih menyambut kita.

Ia adalah seorang paus yang sehari setelah pemilihannya pergi untuk mengambil kopernya dan membayar tagihan ke Casa del Clero, yang menelepon temannya secara pribadi, dan yang terus melakukan segala sesuatu secara total… “Yang benar adalah bahwa saya seorang berdosa dan bahwa belas kasih Allah telah dicurahkan kepada saya dengan cara yang istimewa.” Katanya. Untuk pertanyaan tentang bagaimana dirinya melukiskan pribadinya, Paus Fransiskus menjawab, “saya adalah Jorge Bergoglio, seorang pastor.”

Andrea Tornielli – Fransiskus Paus dari Dunia Baru (hal. 235).

Setelah membaca buku ini, saya sungguh berharap dan berdoa, semoga Roh Kudus membantu konklaf yang akan segera digelar untuk memilih pengganti Paus Fransiskus. Semoga Tuhan memilih satu sosok yang telah dipersiapkan-Nya sejak lama untuk menjadi relevan bagi kebutuhan gereja dan dunia di jaman ini.

Share

2 thoughts on “Review Buku: Fransiskus, Paus dari Dunia Baru – Andrea Tornielli

  1. Bt kagum sama Pope Francis. Ketulusan, kesederhanaan & kebaikannya terasa di relung hati. Jatuh sayang sama Pope. Rest in love with our God, Pope. Keep smiling with your child-like grin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *