
“Bagi Paus ini, doa pada pokoknya adalah sebuah aksi komunikasi, berbicara dan mendengarkan. Dalam doa ia melihat adanya sebuah perpaduan antara keheningan yang terarah, sambil menunggu Tuhan berbicara…. Doa tidak berakhir dengan terkabulnya keinginan seseorang atau terwujudnya kehendak Tuhan; sebaliknya, kedua keinginan agaknya akan saling bertemu di tempat tertentu dan berjalan bersama-sama. Doa, bagi Paus Fransiskus adalah perpaduan antara keberanian, kerendahan hati, dan penyembahan. Ketika doa hanya menjadi sekadar aksi liturgi atau sebuah peristiwa sosial, kita menghadapi risiko kehilangan kekuatan dan harapan yang dibawanya.
Mario Escobar, Fransiskus: Manusia Pendoa (hal. 168).
Fransiskus, Manusia Pendoa merupakan sebuah buku yang berkisah tentang kehidupan Paus Fransiskus. Buku ini ditulis oleh Mario Escobar, seorang master dalam bidang sejarah modern yang telah menghasilkan sejumlah tulisan tentang sejarah gereja, perjalanan kelompok-kelompok sektarian, dan kolonisasi Amerika. Saya membaca buku ini dalam versi Bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Alex Tri Kantjono Widodo dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Buku ini tebalnya sekitar 210 halaman.
Buku ini dibagi dalam tiga bagian utama dengan 13 bab. Bagian pertama memberikan gambaran tentang peristiwa bersejarah dimana Paus Fransiskus terpilih sebagai pemimpin umat katolik. Bagian kedua terkosentrasi pada Ordo Jesuit dan bagaimana hal itu memberi keunikan pada sosok Paus Fransiskus. Selanjutnya bagian terakhir menggambarkan lima tantangan yang dihadapi Paus Fransiskus setelah terpilih. Hal ini dikaitkan dengan keberadaannya sebagai Paus Pertama dari Amerika, dari pertama Ordo Jesuit, bagaimana ia menghadapi modernitas dan globalisasi, serta tantangan skandal-skandal di gereja katolik, lalu kehidupan bersahaja sang Paus yang menjadi sahabat kaum miskin.
Bagian awal buku ini mungkin menyuguhkan beberapa cerita yang sudah sering saya nikmati di buku serupa karya beberapa penulis lain. Tapi buku ini menjadi berbeda ketika menambah beberapa detail di beberapa bagian kehidupan Jorge Mario Bergoglio dan kepausannya.
Buku ini kembali menegaskan keunikan Paus Fransisku. Ia Paus pertama dari Amerika Latin, pertama dari ordo Jesuit, dan pertama yang memakai nama si hina dina Fransiskus dari Asisi. Pilihan ini unik sebab seorang penganut Jesuit tidak memakai nama Ignatius Loyola yang mendirikan ordonya, tapi memakai nama pendiri ordo Fransiskan. Keunikan ini mungkin bisa lebih kita mengerti lewat ulasan menarik tentang Serikat Jesuit yang disampaikan Mario Escobar. Selain itu, ada beberapa pembahasan tentang beberapa konklaf dalam gereja katolik, serta para Paus yang pernah terpilih (termasuk asal negara dan ordo mereka.
Terlepas dari judulnya, buku ini tak melulu terfokus membahas kehidupan Paus Fransiskus sebagai manusia pendoa. Tapi buku ini memberikan kita gambaran tentang doa yang memberi pengaruh luar biasa dalam pengembangan dan pertumbuhan pribadi Paus Fransiskus yang bersahaja. Inilah mengapa dalam perjalanan hidupnya, Paus Fransiskus selalu meminta kita mendoakannya.
“Doa, sebagai suatu aksi kerendahan hati, adalah yang diyakini oleh Paus Fransiskus sebagai pertahanan satu-satunya terhadap kemunafikan karena di depan Tuhan tidak ada yang dapat berbohong dan berpura-pura.
Mario Escobar, Fransiskus: Manusia Pendoa (hal. 170).
Lewat sosok Paus Fransiskus kita tidak hanya menemukan gembala yang dekat dengan umatnya dan mengupayakan hal-hal baik di tengah masyarakat. Lewat perjalanan hidupnya kita bisa menemukan kerendahan hatinya sebagai manusia, yang terbuka mengakui keterbatasan dan membuka diri bagi karya-karya ilahi. Refleksinya tentang doa menginspirasi kerendahan hati dalam berkomunikasi dengan Tuhan. Dalam doa, kita tidak menjadikan Tuhan alat pemuas keinginan-keinginan manusiawi kita, tapi juga terbuka pada apa yang menjadi kehendak Tuhan.