
Mari Bermimpi: Jalan Menuju Masa Depan Yang Lebih Baik, merupakan satu buku bagus yang bisa kita merasa terjebak dalam satu masa penuh ketidakpastian.
Ide buku ini lahir pada masa karaktina wilayah karena Covid-19. Pada malam Paskah Tahun 2020, jurnalis Austin Ivereigh mendapat kesempatan untuk mewawancarai Paus Fransiskus. Di kesempatan itu, sang Paus berbagi pandangannya tentang godaan, halangan, dan peluang yang bisa kita jumpai dalam masa krisis. Percakapan ini kemudian berlanjut dan mendorong Ivereigh mengusulkan adanya pengembangan sebuah buku yang bisa diakses banyak orang. Paus sepakat dan terbitlah buku tersebut.
Secara umum, Mari Bermimpi: Jalan Menuju Masa Depan Yang Lebih Baik berisi pandangan-pandangan Paus Fransiskus tentang masa krisis yang dihadapi umat manusia dan bagaimana kita bisa menemukan peluang-peluang untuk berubah menjadi lebih baik.

“Aturan dasar dalam suatu krisis adalah bahwa anda tak mungkin keluar darinya seraya tetap menjadi pribadi yang sama. Kalau anda berhasil melaluinya, anda akan menjadi lebih baik atau lebih buruk, tetapi tak pernah sama saja.” Paus Fransiskus, Mari Bermimpi: Jalan Menuju Masa Depan Yang Lebih Baik (hal vii).
Saya membaca versi Bahasa Indonesianya, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dan diterjemahkan oleh Y. D. Anugrahbayu. Buku setebal 200-an halaman ini terdiri dari sebuah prolog, tiga bagian utama, epilog, dan sejumlah catatan tambahan Austin Ivereigh tentang proses pengembangan buku dan beberapa referensi terkait topik-topik yang dibahas dalam buku ini.
Saya membaca versi Bahasa Indonesianya, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dan diterjemahkan oleh Y. D. Anugrahbayu. Buku setebal 200-an halaman ini terdiri dari sebuah prolog, tiga bagian utama, epilog, dan sejumlah catatan tambahan Austin Ivereigh tentang proses pengembangan buku dan beberapa referensi terkait topik-topik yang dibahas dalam buku ini.
Buku ini sangat memikat. Prolognya mengajak kita untuk merenungi masa krisis yang kita hadapi. Covid-19 menjadi acuan bagi refleksi yang lebih luas untuk melihat penderitaan sebagai saat yang membawa kita untuk mengevaluasi praktik-praktik hidup kita. Kemudian dengan merefleksikan cerita-cerita Alkitab, kita bisa melihat bahwa Tuhan selalu menawar jalan keluar.
Sementara itu, bagian utama buku ini dibagi dalam 3 topik; Saatnya Melihat, Saatnya Memilih, dan Saatnya Bertindak.
Pada bagian Saatnya Melihat, kita dapat merenungkan betapa masa krisis membuat kita sering merasa tidak berdaya dan kewalahan. Namun penderitaan mengijinkan kita untuk mengevaluasi pandangan-pandangan kita tentang kehidupan. Dengan demikian, kita bisa menemukan peluang-peluang untuk kehidupan baru yang lebih baik.
Selanjutnya, bagian Saatnya Memilih mengajak kita untuk menimbang-nimbang untuk membuat keputusan kemana kita akan berjalan kedepan. Pada bagian ini Paus Fransiskus banyak membahas tentang pembedahan-pembedahan roh, dimana kita tidak mengandalkan kenyamanan-kenyamanan semu tapi membuka diri untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang hakiki.
“Kebenaran ada di luar diri kita, selalu melampaui diri kita, tetapi memberi isyarat kepada kita melampaui hati nurani kita.” Paus Fransiskus, Mari Bermimpi: Jalan Menuju Masa Depan Yang Lebih Baik (hal 67).

Bagian kedua buku ini juga mengajak kita melihat peran kepemimpinan perempuan di masa krisis. Dalam masa yang sulit para perempuan menampakkan ketangguhannya meskipun mereka termasuk dalam orang-orang yang paling terdampak. Paus juga bercerita tentang pelibatan kaum perempuan dalam organisasi gereja yang dipimpinnya dan apa saja karakter-karakter unggul perempuan yang menonjol ketika bekerja. Bagian ini kemudian ditutup dengan ulasan tentang sinode gerejawi dan berbagai hal yang bisa kita pelajari darinya.
Dan di bagian terakhir (Saatnya Bertindak), Paus memberi penekanan pada kesadaran kita sebagai bagian dari suatu bangsa/umat. Ia berpendapat, karakter asli bangsa kita dapat terukur melalui respon-respon kita terhadap penderitaan. Kesadaran kolektif bahwa kita semua memiliki tujuan yang sama menuju masa depan yang lebih baik merupakan elemen penting yang bisa membawa kita keluar dari masa krisis.

“Sebab, yang menyelamatkan kita bukanlah gagasan, melainkan perjumpaan. Hanya wajah orang lain yang sanggup membangkitkan apa yang terbaik dalam diri kita”. Paus Fransiskus, Mari Bermimpi: Jalan Menuju Masa Depan Yang Lebih Baik (hal 140).
Dalam buku Mari Bermimpi: Jalan Menuju Masa Depan Yang Lebih Baik, kita akan menemukan konsistensi pemikiran-pemikiran Paus Fransiskus tentang krisis-krisis sosial dalam masyarakat, praktik-praktik ekonomi global, ajakan untuk berdialog dan pergi ke pinggiran dunia untuk melihat penderitaan masyarakat yang terabaikan, dan panggilan untuk melihat persoalan-persoalan lingkungan hidup.
Bagi saya muatan buku ini cenderung ringan di awal dan mulai berat pada dua bagian terakhir. Tapi jangan kuatir, buku ini ditulis dengan sederhana sehingga kita bisa dengan mudah mencerna pandangan-pandangan Paus Fransiskus yang selalu memikat.
Dalam kehidupan manusia, pencobaan bisa terjadi secara episodik. Saya berada dalam satu momen krisis saat membaca buku ini dan mengalami pengaruh positif buku ini. Masa krisis bisa menjadi kesempatan menuju masa depan yang lebih baik.
Buku ini bisa memberi kita satu momen karantina jiwa dan pembedaan-pembedaan roh. Mungkin dalam permenungan, kita bisa menemukan bahwa pilihan-pilihan terbaik dalam hidup kerap lahir dari masa-masa krisis sejauh kita memilih tindakan-tindakan yang mengijinkan kita bertumbuh jadi lebih baik.
Arahan untuk menuju masa depan yang lebih baik bisa direfleksikan lewat apa yang ada pada epilog buku ini. Ada dua hal yang perlu kita lakukan, “bergeser dari pusat” (decenter) dan “melampaui” (transcend).
“Cermati di mana anda berpusat, dan geserlah diri anda dari pusat itu…. Krisis memaksa anda untuk bergerak, tetapi orang bisa bergerak tanpa pergi kemanapun.” Paus Fransiskus, Mari Bermimpi: Jalan Menuju Masa Depan Yang Lebih Baik (hal 181).

Paus Fransiskus berpesan, kita tak bisa menjadi seperti wisatawan, yang hanya pergi menghindari rutinitas yang menyesakan dengan mengunjungi suatu tempat untuk bersantai, lalu pulang dan menemui situasi yang sama. Kita perlu menjadi peziarah.

“…peziarah, seseorang yang keluar dari dirinya, membuka diri terhadap horizon baru, dan ketika pulang, kita tak lagi sama, demikian pula rumah kita pun tak lagi sama”. Paus Fransiskus, Mari Bermimpi: Jalan Menuju Masa Depan Yang Lebih Baik (hal 182).
1 thought on “Book Review: Mari Bermimpi, Jalan Menuju Masa Depan Yang Lebih Baik – Paus Fransiskus”