
Hati Bening di Balik Jendela merupakan kumpulan cerpen karya Romo Siprianus Senda. Buku ini diterbitkan oleh Tonggak Media. Ada sepuluh cerpen yang bisa kita nikmati dalam 62 halaman utamanya. Buku ini dibuka dengan sebuah Prolog yang indah oleh Saddam HP dan memancing rasa penasaran pada isi buku ini.
Kumpulan cerpen ini mengangkat kehidupan para perempuan, tantangan yang mereka hadapi dalam hidup, dan ketangguhan yang mereka bangun lewat keyakinan iman mereka pada Tuhan, prinsip-prinsip hidup yang mereka pegang, dan cinta yang tulus pada keluarga mereka. Hal ini begitu menonjol dalam cerita Hati Bening di Balik Jendela yang dipilih sebagai judul buku ini. Cerpen ini juga mengangkat isu patriarki yang ada di dalam masyarakat kita dan kemampuan perempuan dalam memainkan peranan single mother meski minim dukungan. Selain itu ada cerpen Cinta di Denyut Kanker dan Menolak Tunduk yang menggambarkan bagaimana para perempuan menyikapi tantangan kesehatan dan pekerjaan dengan sikap-sikap positif. Tiga cerpen ini setidaknya menggambarkan soft power para perempuan ketika mereka masuk dalam pertarungan-pertarungan hidup yang tidak mudah.
Kumpulan cerpen ini juga menyajikan cerita cinta yang memberi senyum. Salah satunya, Misteri di Kabut Pagi, yang merupakan cerpen favorit saya dalam buku ini. Cerpen ini manis sekaligus perih. Kesan ini bagi saya begitu kuat tersampaikan dalam satu rangkaian cerita yang sangat pendek dan sederhana.
Saya menikmati kumpulan cerpen ini karena pilihan-pilihan kalimatnya yang singkat tapi elok. Pada kalimat-kalimat pendek ini, kita bisa menangkap kegetiran-kegetiran yang dialami para tokoh dalam setiap cerita lewat dialog-dialog perempuan dengan dirinya tentang apa yang dialaminya dan bagaimana mereka membangun resiliensinya. Dalam banyak cerita, aspek spiritual begitu kuat sebagai coping mechanism yang para perempuan andalkan.
Membaca cerpen ini tidak menyita terlalu banyak waktu, sehingga saya senang sekali bisa membacanya di sela-sela rutinitas harian yang mulai padat. Saya pribadi berharap cerita-cerita yang disuguhkan bisa sedikit lebih panjang. Saya masih mau menikmati setiap perasaan yang disematkan pada setiap kata. Saya pikir masih ada banyak ruang dimana isu-isu penting terkait perempuan bisa lebih ditonjolkan. Karena itu, saya merasa sayang jika terlalu cepat bertemu antiklimaks dan ending cerita. Tapi ‘porsi cerita yang mengenyangkan’ bagi saya bisa saja berbeda dengan orang lain.
Terlepas dari hal itu, saya berharap cerpen ini bisa menjangkau banyak pembaca. Dalam kesederhanaannya, kumpulan cerpen ini membawa beberapa isu sosial yang kompleks. Saya pribadi menikmati buku ini sambil merenungi berbagai hal, seperti bagaimana perempuan menilai dirinya, berdialog dengan dirinya, dan menyikapi pahit manis kehidupan yang datang padanya. Untuk itu, saya akan menutup tulisan ini dengan satu kutipan yang akan saya bisikan pada diri saya dan akan saya bagi kepada para perempuan yang lain;
“… Teruslah berjalan. Jalan takut. Jangan cemas. Jangan kuatir. Dan terutama jangan lupakan Yang di Atas. Dia akan menuntun jalan keluar yang benar.”
Romo Sipri Senda, Perempuan Penengah (Kumpulan Cerpen Hati Bening Di Balik Jendela, hal.24).